Kamis, 18 Februari 2010
Hidroponik
HIDROPONIK
Hidroponik merupakan aktivitas pertanian yang dijalankan dengan menggunakan air sebagai media untuk menggantikan tanah. Hidroponik mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan bertani secara konvensional. Keunggulan hidroponik antara lain produksi tanaman yang higienis, penggunaan nutrisi yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman, pertumbuhan tanaman yang cepat, dan mudahnya perawatan tanaman. Salah satu sistem hidroponik yang dapat diterapkan dalam budidaya tanaman adalah kultur air (water culture). Sistem ini merupakan sistem pasif karena air tidak mengalir (stagnant). Sistem pasif mempunyai kelemahan dalam menyerap nutrisi. Hal ini disebabkan karena tidak ada pergerakan air dan pergerakan udara sehingga akar kekurangan energi dalam menyerap unsur hara.
Sistem hidroponik, selain tidak perlu berkotor-kotor dengan tanah, produksi tanaman pun bisa lebih tinggi. Sistem bercocok tanam ala hidroponik kini makin banyak dipilih karena merupakan budi daya tanaman tanpa media tanah. Sistem bercocok tanam yang lebih banyak menggunakan air sebagai sumber nutrisi utama ini biasanya dilakukan di dalam green house. Pasalnya, faktor-faktor ekosistem bisa lebih mudah dikendalikan sehingga risiko terhadap pengaruh cuaca pun bisa diperkecil. Ide awal kebun hidroponik muncul dalam menyiasati keterbatasan lahan, waktu, dan cara pemeliharaan. Selain air, medium lain yang bisa digunakan dalam sistem bertanam hidroponik ini ialah air, kerikil, pasir, spon, atau gel. Sedangkan tanaman yang bisa tumbuh dengan sistem hidroponik pun juga bermacam-macam.
Banyak manfaat yang bisa diperoleh dengan sistem berkebun hidroponik. Diantaranya, produksi tanaman lebih tinggi, lebih terjamin dari hama dan penyakit, tanaman tumbuh lebih cepat dan pemakaian pupuk lebih hemat, bila ada tanaman yang mati, bisa dengan mudah diganti dengan tanaman baru, dan tanaman memberikan hasil yang kontinu. Kualitas daun, bunga, atau buah pun lebih sempurna dan tidak kotor. Disamping itu, pengerjaannya juga lebih mudah, tidak memerlukan banyak biaya dan waktu. Karena manfaat dan perawatannya yang mudah, sistem ini telah diterapkan di gedung-gedung bertingkat, tempat-tempat perbelanjaan modern, dan di apartemen. Selain itu, penempatan tanaman di gedung yang tidak ada sirkulasi udaranya juga bertujuan mencegah sick building syndrome.
Untuk melakukan sistem berkebun hidroponik, ada baiknya memperhatikan media yang ingin dipakai, tanaman yang ingin ditanam, pot yang digunakan, serta penempatan tanaman.
Jika ingin mengikuti konsep seperti di Jepang, medium pasir dan kerikil cocok digunakan untuk tanaman bonsai seperti kaktus dan kamboja. Sedangkan medium spon dan air lebih cocok untuk tanaman apotek hidup dan bunga hias. Untuk tanaman apotek hidup diantaranya, lengkuas, kunyit, dan serai, sedangkan tanaman sayuran yaitu tanaman basah, seperti pandan sayur, kangkung, sawi, timun, dan terong.
Teknik hidroponik telah dikembangkan jauh sebelumnya. Merujuk asalnya, istilah hidroponik atau hydroponics berawal dari bahasa Latin, hydro berarti air dan ponos berarti kerja. Secara umum, sistem hidroponik berarti sistem budi daya pertanian tanpa menggunakan media tanah, tetapi menggunakan air yang berisi larutan nutrien.
Jika dibandingkan dengan sistem penanaman secara tradisional, sistem ini memiliki beberapa keunggulan, yaitu kepadatan tanaman per satuan luas dapat dilipatgandakan sehingga menghemat penggunaan lahan, terjaminnya mutu produk, baik bentuk, ukuran, rasa, warna, maupun kebersihannya karena kebutuhan nutrisi tanaman dipasok secara terkendali di dalam rumah kaca. Selain itu, sistem hidroponik tidak mengenal musim atau waktu tanam sehingga panen dapat diatur sesuai dengan kebutuhan pasar.
Dalam pengembangan hidroponik, ada dua jenis media yang dipakai, yakni media nontanah dan media air. Yang dimaksud media nontanah adalah pasir, arang sekam padi, zeolit, rockwoll, gambut, dan sabut kelapa. Sedangkan media air biasanya mengandung nutrien atau pupuk yang bersirkulasi sebagai media.
Di media air tersebut, akar tanaman terendam sebagian dengan kedalaman sekitar tiga milimeter. Cara ini sering disebut dengan Nutrient Film Technical (NFT). Media yang kedua ini cocok untuk tanaman beri karena jika terjadi kesalahan dalam memberi nutrisi tanaman tidak akan langsung kolaps, ujar Dadang yang juga mengembangkan tanaman beri hidroponik di Daerah Cipanas, Jawa Barat.
Sebenarnya, secara teknis penanaman sistem hidroponik pada stroberi tidak berbeda jauh dengan sistem hidroponik pada tanaman lain. Yang membuatnya istimewa, sistem hidroponik stroberi biasanya menggunakan media berupa kayu lapuk. Media tersebut berfungsi sebagai buffer atau penyeimbang jika terjadi perubahan suhu air dan terdapat kelebihan atau kekurangan nutrisi pada saat pemupukan.
Media tanam lain yang juga sering digunakan antara lain arang sekam dan serabut kelapa. Adapun proses pembuatannya diawali dengan cara menyangrai kedua bahan itu di wajan atau di atas lapisan seng. Proses ini harus dilakukan hati-hati, jangan sampai bahan terbakar menjadi abu. Arang serabut kelapa atau arang sekam yang telah dingin lantas dimasukkan ke polybag kecil sebagai media penyemaian benih dan polybag besar untuk proses pembesaran.
Proses selanjutnya bibit beri yang telah siap tanam dimasukkan ke polybag dan diberi nutrien sesuai dengan takaran yang tepat. Pemberian nutrien ini, tutur Dadang, harus disesuaikan dengan masa pembibitan, pertumbuhan, dan pembuahan. Nutrien yang telah dilarutkan dalam air kemudian didistribusikan ke media melalui jaringan irigasi mikro. Jaringan tersebut dapat meneteskan nutrien ke media yang langsung diserap oleh tanaman.
Adapun besarnya electrical conductivity (EC) atau konduksi listrik yang digunakan untuk menjalankan jaringan irigasi mikro berkisar 1,1 hingga 1,5 mS/cm. Dengan cara tersebut, reaksi tanaman terhadap perubahan formula pupuk dapat segera terlihat. Oleh karena itu, pasokan listrik harus selalu tersedia selama 24 jam.
Dilihat dari sisi perawatan, sistem hidroponik memberikan kemudahan. Pasalnya, petani tidak perlu repot mengganti media setiap kali akan menanam stroberi. Seusai buah dipanen, talang atau pot sebagai wadah tanaman dapat dibersihkan dengan dicuci atau disikat. Setelah bersih, wadah tersebut dapat diisi dengan bibit yang baru. Demikian seterusnya.
Sistem hidroponik juga memberikan keuntungan lainnya, yakni menghasilkan buah yang kualitasnya lebih baik. Pasalnya, dengan cara hidroponik, baik ukuran maupun rasa buah bisa direkayasa sesuai harapan, bergantung pada pemberian nutrisi. ?Jika ukuran buah kurang besar, bisa ditambah kandungan nitrogen dan jika kurang manis dapat ditambah kalsium, timpal Dadang.
Kecuali blueberry yang jenisnya berkambium dan pohonnya besar, syarat untuk membuat beri hidroponik harus ada green house yang tertata dengan baik. Green house berfungsi sebagai wahana pelindung tanaman. Di dalam green house tanaman diatur suhu, kelembaban, tekanan udara, serta derajat keasamannya (pH) yang disesuaikan dengan kebutuhan tanaman beri. Derajat keasaman yang cocok untuk tanaman beri berkisar lima hingga enam, kecuali blueberry cocok dengan pH empat hingga lima.
Perlakuan itu semua bertujuan agar pertumbuhan tanaman terkontrol, jauh dari berbagai macam penyakit, serta bebas dari pengaruh cuaca luar yang tidak bersahabat. Selain itu, agar kontinuitas produksi tanaman berjalan dengan baik. Dalam penanaman stroberi, pengaturan suhu memegang peranan penting. Oleh karena itu, biasanya green house dilengkapi dengan kitiran atau kipas yang berfungsi untuk sirkulasi udara, terutama jika siang hari suhu di dalam green house terlalu panas.
Jika semua persyaratan itu telah terpenuhi, masa pembuahan yang diawali dengan perkembangan bunga akan lebih cepat. Biasanya pada masa ini disebarkan ribuan ekor lebah jenis Melivera ke dalam green house. Penyebaran lebah bertujuan agar proses pembuahan benang sari ke putik berlangsung sempurna. Tanpa bantuan lebah, pengalihan benang sari ke putik tidak akan terjadi karena terbatasnya angin di dalam green house. Dari biaya produksi, pembuatan green house terbilang lebih efisien. Pasalnya, penggunaan air, pupuk, dan pestisida bisa dikurangi.
Menurut Dadang, tanaman beri yang dibudidayakan di dalam green house membutuhkan cahaya dengan panjang gelombang sekitar 400- 700 nanometer (Photosynthetically Active Radiation). Untuk itu, dibutuhkan penutup yang sesuai dengan kisaran panjang gelombang tersebut. Agar bisa mendukung syarat ini, diperlukan bahan fiberglass dan polyethylene. Jika menggunakan bahan acrylic dan polycarbonate justru cenderung akan meneruskan cahaya, bukan meyebarkannya.
DAFTAR PUSTAKA :
Bustomi Rosadi. 2009. MODIFIKASI SISTEM HIDROPONIK KULTUR AIR (WATER CULTURE) PADA TANAMAN PAK CHOI (Brassica chinensis L.). TEP UNILA: Lampung
Dgusyana. 2008. Menanam Stroberi dengan Sistem Hidroponik. Wordpress.blog.com
UM. 2009. Berkebun Hidroponik Mudah dan Menyenangkan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
hae.. q skrg gi membuat karya tulis mengenai menanam stroberi dengan sistem hidroponik. informasi yg q cari sedikit sekali di internet.
BalasHapusjadi masih secara konvensional za, tp dari blogmu ni q udah dapat gambaran yg lebih baik lagi.
mkasih ya taz informasinya. mg di bals dng kebaikan yg lebih baik. amin^_^